ARTICLE AD BOX
GIANYAR, NusaBali - Berkah ramainya kunjungan turis ke Suwat Waterfall dirasakan langsung oleh masyarakat setempat. Desa Adat Suwat, Kecamatan/Kabupaten Gianyar sebagai pengelola menyiapkan 350 amplop sesari untuk dibagi-bagikan. Pembagian amplop Sesari dilakukan bertepatan dengan hari raya Kuningan pada Saniscara Umanis Kuningan, Sabtu (5/10). Amplop Sesari dibagikan setelah persembahyangan bersama di Pura Puseh Desa Adat Suwat sekitar pukul 10.00 Wita.
"Desa adat membagikan sebanyak 350 amplop (sesari) atau punia kepada krama (warga) yang hadir," ungkap Bendesa Adat Suwat, Ngakan Putu Sudibya ST saat dikonfirmasi, Minggu (6/10). Dikatakannya, pembagian sesari ini akan jadi tradisi sebagai wujud rasa syukur kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa serta simbol kebersamaan dan rasa saling menghormati antarwarga desa.
Ngakan Sudibya menjelaskan bahwa kegiatan berbagi punia ini telah menjadi program rutin desa adat setiap enam bulan sekali, tepatnya setiap Hari Raya Kuningan. “Kegiatan ini merupakan bentuk rasa syukur kita kepada Sang Hyang Widhi Wasa. Dengan saling memaafkan dan berbagi rezeki, semoga masyarakat dapat lebih memaknai Hari Raya Kuningan, menjadi lebih bahagia, dilancarkan rejekinya, dan Desa Adat Suwat semakin maju,” ungkapnya.
Amplop sesari yang dibagikan dalam acara tersebut berasal dari pendapatan usaha yang dikelola oleh desa adat, seperti hasil dari wahana wisata Suwat Waterfall. Melalui pembagian sesari ini, Desa Adat Suwat berupaya untuk terus memupuk kebersamaan dan membangun kesejahteraan bersama di dalam masyarakat. Hari Raya Kuningan memiliki beberapa makna spiritual dan budaya yang sangat penting bagi umat Hindu.
Umat Hindu memanfaatkan momen ini untuk memohon keselamatan, perlindungan, dan tuntunan lahir batin dari Dewa, Bhatara, dan para Pitara. Selain itu, Kuningan juga menjadi kesempatan bagi umat Hindu untuk memberikan penghormatan terakhir kepada para leluhur sebelum mereka kembali ke alam roh. Nasi kuning, yang menjadi sesajen khas Hari Raya Kuningan, melambangkan kemakmuran serta rasa syukur atas segala anugerah yang telah diberikan Tuhan. Selain itu, Hari Raya Kuningan juga dipandang sebagai simbol kemenangan Dharma (kebaikan) atas adharma (kejahatan), mengingatkan umat akan pentingnya terus berpegang pada kebaikan dalam hidup.
Momen Hari Raya Kuningan juga digunakan untuk memupuk rasa kasih sayang, baik di dalam keluarga, di antara kerabat, maupun kepada seluruh ciptaan-Nya. Hal ini selaras dengan semangat berbagi yang dilakukan Desa Adat Suwat, di mana kebersamaan dan harmoni antarwarga terus dirawat melalui acara berbagi punia ini.
Tradisi berbagi sesari di Desa Adat Suwat menjadi lebih dari sekadar rutinitas. Ini adalah wujud nyata dari semangat desa adat untuk tidak hanya memajukan secara spiritual, tetapi juga secara sosial dan ekonomi. Dengan pengelolaan usaha desa yang baik, seperti Suwat Waterfall, desa adat mampu memberikan kembali kepada warganya dalam bentuk bantuan finansial simbolis melalui punia. Ngakan Putu Sudibya berharap tradisi ini terus berlanjut dan menjadi inspirasi bagi desa adat lain untuk terus berinovasi dalam meningkatkan kesejahteraan warganya. “Melalui program ini, kita berharap desa semakin maju dan masyarakat dapat terus hidup dalam harmoni serta mendapat berkah dan keselamatan dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa,” tambahnya.
Melalui prosesi keagamaan dan tradisi sosial yang dilakukan pada Hari Raya Kuningan ini, Desa Adat Suwat menunjukkan bahwa kebersamaan, saling berbagi, dan menjaga spiritualitas adalah fondasi penting dalam menjalani kehidupan di tengah dinamika masyarakat modern. 7 nvi