Pegawai Swasta, Paling Banyak Beli Saham

5 days ago 1
ARTICLE AD BOX
Jumlah tersebut bertumbuh sebesar 43.152 investor baru atau lebih kurang 18,4 persen dari tahun sebelumnya. Khusus  untuk investor saham sebanyak  133.749 atau tumbuh sebesar 17.001 investor baru atau 14,6 persen dari  tahun sebelumnya.

Kepala Perwakilan Bursa Efek Indonesia (BEI) I Gusti Agus Andiyasa menyatakan ada beberapa faktor yang berpengaruh perkembangan positif  tersebut. Pertama tentu saja, karena pandemi Covid-19 telah berlalu, dimana aktivitas geliat sosial perekonomian di masyarakat berlangsung normal kembali.

“Di Bali, sektor pariwisata yang menjadi salah satu motor pendorong ekonomi sudah pulih,” ujarnya.

Dari sisi politik, juga ada pengaruhnya. Ialah Pemilu (pileg dan pilpres) telah usai dan sebelumnya berlangsung lancar dan clear. Kemudian era suku bunga tinggi global juga sudah berakhir.

“Ini yang semakin membuat masyarakat semakin  percaya untuk berinvestasi,” terang Gusti Andiyasa. Termasuk  yang ditunjukkan  dengan  perkembangan pasar modal, khususnya pasar saham di Bali. “Jadi semua itu ikut berpengaruh,” terangnya.

Dijelaskan Agus Andiyasa, berdasarkan demografis investor saham di Bali terbanyak di Denpasar yang nota bena pusat pemerintahan dan pusat perdagangan dan perekonomian di Bali.

Prosentase  investor pasar saham di Denpasar  yang tertinggi yakni 33,7 persen dari 9 kabupaten/kota di Bali. Setelah Denpasar adalah di Kabupaten Badung 19,3 persen, Buleleng 11,5 persen. Kemudian di Kabupaten Gianyar 9,8 persen, di Kabupaten Tabanan 8,9 persen, Karangasem5,7 persen, Jembrana 5,7 persen serta di Kabupaten Bangli 2,7 persen.

Sedangkan berdasarkan atas pekerjaan atau profesi, karyawan atau pegawai swasta lebih ‘berani’ bermain saham dibanding dengan yang lain.

Prosentase investor saham berdasar jenis pekerjaan untuk karyawan swasta 41,5 persen. Sedangkan pegawai negeri atau pemerintah hanya 4,8 persen. Dari mahasiswa maupun pelajar cukup  tinggi yakni 19,4 persen. Pengusaha 14,2 persen, guru 1,5  persen dan yang lainnya 12,9 persen.

Dan atas dasar klasifikasi umur, kalangan generasi muda, mereka yang rentang usia 18-25 tahun yang dominan berinvestasi melalui pasar saham. Prosentasenya 30,4 persen. Kemudian usia 26 -30 tahun sebesar 24,5 persen. Usia 31-40 tahun sebesar 25,2 persen. Dan usia 41-100 tahun sebesar 20 persen.

 “Jadi secara umum perkembangan pasar saham di Bali positif. Kita optimis akan semakin membaik ke depan,”  ujar Gusti Agus Andiyasa. K17.
Read Entire Article